Martin Klaim Gelar MotoGP Hilang di Indonesia dan Australia

Setelah merebut keunggulan gelar pada hari Sabtu di Mandal🌺ika, Martin tampaknya akan memberi pukulan telak lainnya ke Bagnaia saat ia memimpin dengan keunggulan besar pada Grand Prix hari ⛄Minggu.
Tapi momen singkat keluar jauh membua꧃t pembalap Pramacღ Ducati terjatuh saat memimpin.
Ini merupakan kesalahan besar pertamanya dalam sebelas♏ GP, namun seminggu kemudian Martin melakukan pertaruhan ban yang tidak perlu di Australia, membuatnya turun dari memimpin balapan ke P5 pada lap terakhir.
Keunggulan 7🐼 poin Martin usai Sprint Indonesia justru berubah menjadi defisit 27 poin setelah Australia💞.
“Kami membuat sejarah dengan apa yang kami raih di tim satelit musim ini. Saya senang dengan 13 kemenangan, semua podium dan keunggulan lap. Saya pikir itu adalah pekerjaan yang luar biasa,” kata Martin. “Targetnya adalah meraih gelar tiga besar dan kami melakukan lebih dari itu. Tapi yang pasti 🀅ketika Anda sudah begitu dekat dengan [gelar], Anda tidak ingin kehilangannya.
“Tetapi saya pikir kami tidak kehilangan gelar juara [di Valencia]. Tiba di babak final dengan tertinggaꦫl 21 poin [setelah Qatar] adalah masalah besar.”
Martin merefleksikan: “Menurut saya, tidak hanya ada satu balapa🙈n [di mana saya kehilangan g🧸elar], tapi mungkin dua. Mungkin Indonesia dan Australia di mana keseimbangannya berubah dari saya menjadi tertinggal 27 poin.
“Mungkin terlalu [cepat] pada saat itu membuat sa🌳ya terlalu percaya diri dan saya berkata, 'Oke, saya bisa menjauh dalam lima detik. Saya bisa menang dengan ban lain. Saya bisa melakukan apapun yang saya inginkan'.
“Kami ber🎉ada di MotoGP; kamu tidak bisa melakukan itu. Anda harus selalu menggunakan peralatan [ban] yang sama dengan rival Anda. Dan jika Anda memenangkan perlombaan dengan sepersepuluh atau 10 detik, poinnya sama. Saya pikir ini adalah pelajaran utama yang saya ꦕdapatkan untuk masa depan.”

Martin tidak♌ menyebutkan masalah performa ban di Qatar, yang pada saat itu dia sebut 'menentukan kejuaraan', mungkin menerima dengan melihat ke belakang bahwa Bagnaia mengalami masalah seru💧pa pada beberapa kesempatan musim ini.
Namun Martin mengakui tekanan yang tidak biasa dalam perebutan gelar MotoGP sangat sulit untuk diata✤si.
“Saya pikir Misano adalah saat saya berkata 'OK, saya yang terbaik saat ini'. Menang di Italia, di kandang merekꦜa (tim pabrikan Ducati), sungguh luar biasa. Saya pikir perasaan terbaik yang pernah ada," katanya.
“Kemudian kami pergi ke India, saya memenangkan Sprint dan berada di urutan kedua dengan ban yang salah [di GP]. Saya berkata 'OK, sekarang kami hanya tertinggal 14 po𓆉in'. Sudah waktunya. Lalu di Jepang saya memenangkan kedua balapan tersebut, jadi saya pikir Jepang mungkin adalah titik di mana saya mengatakan 'kita bisa memenangkan kejuaraan'.
“Kemudian tekanan datang. Saya tidak menikmati da🍬ri Thailand sampai Qatar. Saya sangat kesulitan secara mental. Ini adalah pertama kalinya saya merasakan tekanan sepert🤪i ini.
“Saya pikir ketika saya menikmati seperti [Valencia], saya menjadi yang tercepat. Jadi semoga 💙musim depan saya bisa belajar dari pengalaman ini dan bisa menikmati balapan pertama.”
Secara sཧtatistik, Bagnaia dan Martin bisa dibilang cukup berimbang musim ini.
Bagnaia memenangkan 11 balapan, sementara Martin menang 13 kౠali. Namun, Bagn🤡aia meraih lebih banyak kemenangan Grand Prix (7-4) sementara Martin lebih dominan pada Sprint Race Sabtu (9-4).
Penghitungan non-skor mereka hampir sama, dengan 6 untuk Bagnaia dan 4 untuk Martin. N൩amun, perbedaan mencolok terjadi pada akhir pekan di mana mereka mencetak kurang dari 20 poin.
Sementara Bagnaia mendapatkan kurang dari 20 p🧸oin hanya pada 5 dari 20 event - yang b🍰erarti 25% - Martin melakukannya sebanyak 11 kali atau 55%.
Oleh karena itu, meski jumlah kemenangan lebih rendah dan jumlah DNF lebih banyak, Bagna𒁏ia mampu menangani akhir pekan buruk lebih baik dari Martin.
Meskipun demikian, Martin membuat lompatan besar dari posisi kesembilan secara keseluruhan di musim sebelumnya dan hampir menjadi pebalap sateli🔥t pertama yang memenangkan mahkota MotoGP.
“Saya hanya melakukan tiga kesalahan pada hari Minggu [sampai Valencia], jadi🌱 saya pikir kami melakukan pekerjaan dengan baik. Musim depan targetnya adalah tidak melakukan kesalahan dan [jika kami melakukan itu] pasti kami akan membaw🌳a gelar juara itu,” ujarnya.
“Saya berjanji kepada tim saya bahwa kami akan menjadi juara dunia suatu hari nanti. Itu bukan [tahun ini]. Mungkin bukan tahun depan. Tapi aꦺku merasa aku bisa melakukannya. Jadi mudah-mudahan itu akan segera terjadi… ”
Martin akan tetap bersama Pramac Ducati, dengan mesiღn Desmosedici terbaru, pada tahun 2024, tetapi pandangannya tetap tertuju pada kursi pabrikan pada tahun 2025.

Joining mahbx.com in 2021 as an E🌱ditor for the Indonesian Edition, Derry oversees most of the Indonesꦑian articles on the site.